Rasul Rasul Kekasih Allah SWT Part 2
ARTIKEL RASUL-RASUL KEKASIH ALLAH
A.
Perbedaan
Nabi dan Rasul
1.
Nabi
1.1. Seorang
Nabi menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri.
1.2. Bertugas
melanjutkan atau menguatkan syariat dari rasul sebelum nabi tersebut.
1.3. Nabi
diutus kepada kaum yang sudah beriman.
1.4. Nabi
yang pertama adalah nabi Ada ‘alaihissalam.
1.5. Jumlah
nabi sangat banyak bahkan sampai ratusan ribu.
1.6. Setiap
rasul adalah nabi namun tidak setiap nabi adalah rasul.
1.7. Nabi
hanya mendapatkan wahyu melalui mimpi.
1.8. Ada
nabi yang dibunuh oleh kaumnya.
2.
Rasul
2.1.
Rasul menerima wahyu dari Allah SWT guna
disampaikan kepada segenap umatnya.
2.2.
Diutus dengan membawa syariat yang baru.
2.3.
Rasul diutus kepada kaum yang belum
beriman (kafir).
2.4.
Rasul yang pertama kali adalah Nuh
‘Alaihissalam.
2.5.
Jumlah rasul lebih sedikit dibanding dengan
nabi.
2.6.
Setiap rasul adalah nabi.
2.7.
Rasul dapat menerima wahu melalui mimpi
maupun melalui malaikat dan ia dapat melihat serta berkomunikasi secara
langsung dengan malaikat.
2.8.
Seluruh rasul yang diutus Allah
selamatkan dari percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya.
Sedangkan menurut Ibnu Abil ‘Izz al
Hanafi, Perbedaan antara nabi dan rasu adalah bahwa orang yang diberikan
perintah (wahyu) dari Allah SWT, jika dia diperintahkan untuk menyampaikannya
kepada orang lain maka dia disebut sebagai seorang Nabi dan Rasul sedangkan
jika dia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain maka dia
adalah seorang Nabi dan Bukan seorang Rasul. Karena setiap rasul merupakan nabi
namun tidak setiap nabi merupakan seorang rasul. (Syarh ath Thahawiyah fii
‘Aqidah as Salaf hal 296)
Sedangkan menurut Syeikh
‘Athiyah Saqar, nabi merupakan seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah
SWT kepadanya untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan untuk
menyampaikannya (menyebarkannya). Sedangkan Rasul merupakan seorang manusia
yang diberikan wahyu oleh Allah SWT untuk diamalkan / dilakukan dan dia juga
diperintahkan untuk menyampaikannya kepada segenap umatnya. Seorang
rasul merupakan nabi namun tidak semua nabi merupakan seorang rasul. berikut ayat
yang menggambarkan sifat kenabian dan kerasulan (dalam diri Muhammad SAW):
مَّا
كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ
وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad
itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui
segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab : 40)
يَا
أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
. “Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi
saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (QS. Al Ahzab :
45)
A.
Pengertian
nabi dan rasul
Pengertian Nabi: Menurut bahasa arab,
nabi berasal dari kata Naba. Dikatakan nabi karena ia merupakan seseorang yang
telah diberi wahyu oleh Allah SWT dan tidak diperintahkan untuk menyampaikan
wahyu atau risalah tersebut kepada umatnya.
Pengertian
Rasul: Menurut bahasa arab, rasul berasal dari kata irsal yang
artinya adalah memberikan arahan atau membimbing. Jadi rasul merupakan
nabi yang diberikan wahyu oleh Allah SWT kemudian diperintahkan oleh Allah
untuk menyampaikan wahyu yang telah diberikan kepada umat manusia
B.
Sifat
Rasul-Rasul Allah Swt.
Rasul sebagai utusan Allah Swt. memiliki
sifat-sifat yang melekat pada dirinya. Sifat-sifat ini sebagai bentuk kebenaran
seorang rasul. Sifat-sifat tersebut adalah sifat wajib, sifat
mustahil, dan sifat jaiz.
1.
Sifat Wajib
Sifat wajib artinya sifat yang pasti ada
pada rasul. Tidak bisa disebut seorang rasul jika tidak memiliki
sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu seperti berikut.
a. Aṡ-Ṡidd³q
Aṡ-Ṡidd³q, yaitu rasul selalu benar. Apa
yang dikatakan Nabi Ibrahim as. Kepada bapaknya adalah perkataan yang benar.
Apa yang disembah oleh bapaknya adalah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan
mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada Q.S. Maryam/19: 41,
berikut ini:
Artinya: “Dan
ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’ān),
sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S.
Maryam/19: 41)
b. Al-Amānah
Al-Amānah, yaitu rasul selalu dapat
dipercaya. Di saat kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang dibawa oleh Nabi Nuh
as. lalu Allah Swt. Menegaskan bahwa Nuh as., adalah orang yang terpercaya
(amanah). Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. asy-Syu’āra/26
106-107 berikut ini:
Artinya: “Ketika
saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kamu tidak bertakwa?
Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus)
kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’āra/26: 106- 107)
c. At-Tabl³g
At-Tabl³g, yaitu rasul selalu
meyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi Muhammad
saw. dan tidak disampaikan kepada umatnya. Dalam sebuah riwayat diceritakan
bahwa Ali bin Abi Talib ditanya tentang wahyu yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān,
Ali pun menegaskan bahwa
“Demi
Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali
pemahaman seseorang terhadap al-Qur’ān.” Penjelasan ini terkait
dengan Q.S. al-Māidah/5: 67 berikut ini.
Artinya:“Wahai
rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau
lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak menyampaikan
amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia.
Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir.” (Q.S. al-Māidah/5: 67)
d. Al-Faṭānah
Al-Faṭānah, yaitu rasul memiliki
kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok kabilah di
Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan al- Hajār
al-Aswād (batu hitam) di atas Ka’bah, lalu Rasulullah saw. menengahi
dengan cara semua kelompok yang bersengketa agar memegang ujung dari kain itu.
Kemudian, Nabi meletakkan batu itu di tengahnya, dan mereka semua mengangkat
hingga sampai di atas Ka’bah. Sungguh cerdas Rasulullah saw.
2. Sifat Mustahil
Sifat mustahil adalah sifat yang tidak
mungkin ada pada rasul. Sifat mustahil ini lawan dari sifat wajib, yaitu
seperti berikut.
a. Al-Kiẓẓ³b
Al-Kiẓẓ³b, yaitu mustahil rasul itu
bohong atau dusta. Semua perkataan dan perbuatan rasul tidak pernah bohong
atau dusta.
Artinya: “Kawanmu
(Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu
(al-Qur’ān) menurut keinginannya tidak lain (al-Qur’ān) adalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya).” (Q.S an-Najm/53: 2-4)
b. Al-Khiānah
Al-Khiānah, yaitu mustahil rasul itu
khianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti dilaksanakan.
Artinya: “Ikutilah
apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia,
dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Q.S al-An’ām/6: 106)
c. Al-Kiṭmān
Al-Kiṭmān, yaitu mustahil rasul
menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang ia terima dari Allah Swt. pasti ia
sampaikan kepada umatnya.
Artinya: “Katakanlah
(Muhammad), Aku tidak mengatakan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan aku tidak mengetahui yang gaib dan aku tidak (pula) mengatakan
kepadamu bahwa aku malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku.
Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah
kamu
tidak memikirkan(nya).” (Q.S. al-An’ām/6: 50)
d. Al-Balādah
Al-Balādah yaitu mustahil rasul itu
bodoh. Meskipun Rasulullah saw. Tidak bisa membaca dan menulis (ummi) tetapi ia
pandai.
Artinya: “Jadilah
pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah pedulikan
orang-orang yang bodoh.” (Q.S al- A’rāf/7: 199)
3. Sifat Jāiz
Sifat jāiz bagi rasul adalah
sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul memiliki
sifat-sifat sebagaimana manusia biasa seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur,
sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap
meninggal sebagai mana makhluk lainnya.
Di samping rasul memiliki sifat wajib
dan juga lawannya, yaitu sifat mustahil, rasul juga memiliki sifat jāiz,
tentu saja sifat jāiz-nya rasul dengan sifat jaiznya Allah Swt. sangat
berbeda.
Allah
Swt. berfirman:
Artinya: “...(orang)
ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu
makan dan dia minum seperti apa yang kamu minum.” (Q.S. al Mu’minūn/23:
33)
Selain tersebut di atas, rasul juga
memiliki sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu seperti
berikut.
1. Ishmaturrasūl adalah
orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan
pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah Swt. sehingga selalu
siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apa pun.
2. Iltizamurrasūl adalah
orang-orang yang selalu komitmen dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka
bekerja dan berdakwah sesuai dengan arahan dan perintah Allah Swt. meskipun
untuk menjalankan perintah Allah Swt. Itu harus berhadapan dengan
tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya maupun dari para
musuhnya. Rasul tidak pernah sejengkal pun menghindar atau mundur dari perintah
Allah Swt.
Anonim. 2014. http://coretan-berkelas.blogspot.com/2014/11/sifat-wajib-sifat-mustahil-dan-sifat.html
KEMENDIGBUD. 2017. “Pendidikan Agama Islam dan BudiPekerti”.
Jakarta. Intan Pariwara
Oleh :
- Dian Maulana
- Farid Ibnu Wahid
Komentar
Posting Komentar